MANAJEMEN RESIKO BISNIS BERBASIS PERTANIAN
Usaha Pertanian, Mau Untung atau Buntung?

Harga hasil panen, berapa hasil panen per pohon dan biaya yang dikeluarkan, adalah hal-hal yang pertama dicari untuk menghitung keuntungan dari suatu usaha. Nampak manis dihitung sebelum melakukan bisnis berbasis pertanian. Ada hal yang sering lupa dilakukan oleh para pemula dalam bisnis pertanian yaitu perhitungan resiko.

Resiko tidak dapat dihilangkan dalam bisnis. Resiko semakin besar, sewajarnya akan mendapat keuntungan semakin besar. Oleh karena itu yang penting bagi pebisnis adalah mengelola resiko atau melakukan manajemen resiko yaitu usaha yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur dengan tujuan memonitor, meminimalkan atau bahkan mencegah terjadinya resiko yang berdampak pada kerugian bisnis.

Budaya bertani oleh kakek eyang kita sangat berdasarkan ilmu “titen”, mengingat dan menghafal suatu urutan sebab dan akibat suatu peristiwa dan kejadian. Dalam bisnis pertanian modern, hal ini harus mulai ditambah pencatatan yang sistematis dan terstruktur. Dengan pencatatan, data yang diperoleh akan semakin banyak untuk dapat dianalisa menjadi keputusan atau tindakan. Bisa jadi keputusan akan kurang tepat, tapi setidaknya keputusan dan tindakan itu akan lebih baik jika dilakukan berdasarkan ingatan saja, tanpa catatan dan data.

Hal yang pertama dilakukan adalah mengindentifikasi resiko, tujuannya adalah mengenal dan menjabarkan resiko-resiko yang mungkin timbul. Buat bagan resiko dari resiko utama, buat cabang-cabang penyebab dari resiko utama. Analisa penyebab sampai dengan akar penyebab. Usahakan untuk menemukan akar penyebab ke-3 atau bahkan ke-4, contoh : rugi karena (1) hasil produktivitas panen rendah, karena (2) tumbuh gulma di antara tanaman, karena (3) gulma dibasmi dengan herbisida, tanaman utama akan mati, karena (4) tidak tersedia tenaga kerja untuk mencabut gulma. Beberapa penyebab suatu resiko mungkin bisa sama dan atau saling terkait. Lakukan pembuatan bagan resiko sedetail yang mampu dilakukan.

Lakukan penilaian atas resiko yang telah diketahui. Minimal ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam penilaian resiko, yang pertama adalah seberapa besar kemungkinan resiko itu bisa terjadi. Dan penilaian yang kedua adalah seberapa besar pengaruh resiko tersebut atas resiko utama. Gunakan data sendiri atau pihak luar untuk penetapan nilai atas resiko. Beri bobot untuk masing masing resiko. Dengan bisnis pertanian yang sama, setiap pelaku bisnis dapat memberi bobot resiko yang berbeda. Hal ini memang bisa saja terjadi karena bedanya situasi dan kondisi yang menyertai usaha tersebut. Contoh, adanya gulma akan menurunkan produktivitas panen 30%, bobot : Resiko Tinggi.

Dari penilaian resiko tersebut, bedakan penyebab eksternal dan internal. Penyebab eksternal adalah penyebab yang dilakukan oleh faktor luar yang tidak dapat atau sulit dikendalikan apalagi dihilangkan, contoh misal cuaca/ iklim, bencana alam, kerusakan fasilitas publik dsb. Yang dapat dilakukan atas penyebab eksternal adalah proteksi dan antisipasi agar penyebab tersebut dapat dihindari atau dikurangi dampaknya. Penyebab internal lebih merupakan penyebab yang disebabkan oleh kemampuan sendiri. Penyebab ini dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan dengan langkah-langkah operasional yang tepat. Contoh, gulma dapat diatasi dengan QUICK Cakar Baja untuk proses pendangiran tanpa menambah tenaga kerja.

Lakukan sorting atau rekapitulasi resiko atas bobot dari masing-masing. Analisa ini akan menentukan penyebab prioritas yang berdampak pada terjadinya penyebab utama. Penentuan ini berdampak pada prioritas biaya yang mungkin timbul atas pengantisipasian resiko tersebut. Dan yang paling penting, analisa ini menjadi pertimbangan utama dari pelaku bisnis untuk menetapkan kemampuan menghadapi resiko dari aspek biaya dan aspek pengetahuan dalam menghadapi resiko.

Langkah-langkah ini juga dapat disebut sebagai analisa duga bahaya atas suatu usaha. Dari analisa ini penentuan langkah operating yang dapat dilakukan. Pertimbangan lainnya adalah estimasi biaya yang mungkin timbul atas langkah-langkah yang akan dilakukan. Pertimbangan prioritas tindakan dan anggaran menjadi panduan atas tindakan kongkret yang akan dilakukan. Contoh, pendangiran dengan Kultivator QUICK Cakar Baja dengan biaya Rp100/mtr².

Buat panduan tindakan atau standart tindakan berupa Prosedur Kerja. Panduan ini harus bisa dilakukan secara operasional dan dapat diukur pelaksanaannya. Buat pencatatan atau pelaporan yang memberi jaminan bahwa prosedur kerja telah dilakukan sesuai petunjuk. Catat hasil yang dapat diukur dari tindakan yang telah dilakukan. Contoh, pendangiran dengan Kultivator QUICK Cakar Baja dilakukan setiap 25 hari sekali dengan menggunakan Blade B 240 + Stabilizer Disc, karena jarak antar tanaman 70 cm.

Lakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah dicatat. Baik data tindakan ataupun data hasil atas tindakan. Apabila perlu lakukan perubahan prosedur kerja. Contoh, pendangiran dengan Kultivator QUICK Cakar Baja dengan menggunakan Blade B 240 + Ridger untuk sekaligus melakukan pembubunan pada usia tanaman 50 hari.

Lakukan proses ini secara konsisten dan lakukan perbaikan berkelanjutan. Standarisasi menjadi hal yang penting agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Selamat Mencoba. -ddg- (210521)

No Comments Yet.

Leave a comment