Tanpa Perhitungan Untung-Rugi

Hidup itu mudah jika kita berpikir dan menjalaninya secara mudah. Setuju, Pak Bos?

Sabar... Sebelum Pak Bos bilang setuju, Mas Quick mau cerita. Pekan lalu, Mas Quick jalan-jalan ke Sumatera Selatan. Mendarat di Palembang, tanpa menginap dan menikmati pempek, kami langsung menuju ke Kota Agung, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Perjalanan ke arah selatan tak begitu lancar. Lalu lintas padat, terutama oleh truk-truk besar ekspedisi antarkota yang mengarah ke Pulau Jawa. Jalanan tak mulus. Banyak lubang di sana-sini yang bikin kami mesti lihai membanting stir demi menghindari jebakan batman itu.

Syukur, kami tidak “kemrungsung” (buru-buru). Kami nikmati saja perjalanan itu dengan hati gembira. Ada banyak pemandangan sepanjang perjalanan yang justru bikin kami kagum akan keagungan negeri ini. Di kiri dan kanan jalan berjejer rumah adat panggung khas Sumatera Selatan yang termasyur itu. Terbayang betapa peradaban di Bumi Sriwijaya itu sudah terbangun apik oleh para pendahulu.

 

Tak sampai 3 jam, kami sampai di Kayu Agung. Usai meletakkan tas di hotel terbaik kota itu, kami langsung bergegas ke Pedamaran Timur, sebuah kecamatan di kabupaten seluas 19.023 km2 ini.

Di seberang gawai, orang yang hendak kami kunjungi sudah mewanti-wanti, “Semoga banjir sudah surut.” Deg. Meski Mas Quick ditemani Kepala Showroom CV Karya Hidup Sentosa Tugumulyo, yang sudah hapal semua medan di sana, tetap saja rasa was-was itu menghinggapi. Maklum, Pak Bos, alam di Sumatera beda banget dengan alam di Yogyakarta tempat Mas Quick berkantor sehari-hari.

Ini bulan Desember. Menurut informasi, kabupaten yang masuk kategori beriklim tropik basah ini sedang memasuki musim hujan. Artinya, ladang-ladang berawa yang terhampar merata hampir semua kawasan bakal meninggi airnya.

Benar saja! Di tengah perjalanan, kami dihadang oleh jalan bercor semen yang tenggelam oleh air. Tampak dari kejauhan motor-motor diusung perahu untuk menyeberang. Mobil yang punya casis tinggi berani menerobos genangan. Sementara satu truk bermuatan terguling di tengah “kolam” karena terperosok di kubangan yang tak tampak dari permukaan.

Kami tak mengendarai mobil “off road”. Berpenggerak belakang, mobil kami adalah mobil perkotaan. Sangat nekat jika kami menyibaknya. Namun, sangat lucu bila kami balik kanan.

Ya sudah. Hadapi saja dengan santai. Ikuti mobil di depan sembari berdoa. Dan... Alhamdulillah, kami berhasil menyeberang dengan selamat. Horeeee... “Eits, jangan bergembira dulu. Nanti pulangnya kita lewat tempat ini lagi lho. Dan jalan di depan belum tentu lebih mudah,” hardik teman Mas Quick seperti hendak menciutkan nyali.

Lagi-lagi benar. Ucapan membawa kami ke dalam kenyataan. Di jalan tanah mendekati tujuan, kami terpaksa balik kanan. Memutar menyusuri jalan-jalan di tengah perkebunan sawit yang lebih “kering” dari “kubangan kerbau” yang kami hindari.

Lagi-lagi, demi menemui sosok ringan hati yang hendak kami temui, kami niatkan untuk terus menuntaskan perjalanan. Apa pun yang terjadi kami hadapi.

 

Sampai akhirnya kami sampai di tujuan. Rumah kosong. Si pemilik rumah belum pulang. “Tunggu sebentar, Mas Quick ,” ujar bendahara KUD “Serba Usaha” Desa Gading Raja dari ujung telepon. Sementara kami menunggu, rupanya beliau sudah meminta anak yang di rumah membuatkan kopi untuk kami.

Tak berselang lama, si pemilik rumah datang. Lelaki 45 tahun asal Belitang ini bernama Sairoji. “Maaf, habis jemput istri dari pasar,” tukasnya. Istrinya berjualan sandang. Pak Sairoji menemani. Kebun sawit dan karet miliknya dikelola oleh Pak Juli Maryadi, adik iparnya, bersama para pekerja lainnya. “Jadi saya nggak pernah pakai,” ujarnya ketika kami mulai bertanya tentang Quick Truck yang dibelinya dua bulan lalu.

Sesederhana itu jawabannya. “Hidup dibikin mudah saja, Mas Quick ,” ujar bapak dua putri ini. Kami mengangguk setengah-setengah sampai Pak Sairoji menjelaskan ini, “Saya sudah kenal lama Quick . Sebelum beli Quick Truck, saya pakai traktor tangan G1000 dan menambahkan gerobak di belakang. Saya beli Quick Truck tanpa perhitungan untung-rugi. Yang penting buah sawit saya terangkut. Dan Quick Truck bikin pekerjaan kami lebih mudah.”

No Comments Yet.

Leave a comment