Apa bedanya bawang merah daratan tinggi dan rendah

Apa Bedanya Bawang Merah Daratan Tinggi dan Daratan Rendah?

Bawang merah umumnya ditanam di daerah daratan rendah seperti Brebes, Demak dan Nganjuk. Daerah ini memiliki kondisi tanah yang mengadung tanah liat, lengket, sedikit sekali mengandung pasir. Tidak menutup kemungkinan daratan tinggi seperti Solok, Sumatera Barat dan Enrekang, Sulawesi Selatan  juga merupakan sentra budidaya bawang merah. Kondisi tanah di daratan tinggi ini adalah tanah liat lengket dan berpasir.

Air yang cukup sangat dibutuhkan oleh komoditas ini. Tidak mampu terendam air tapi membutuhkan kelembaban nisbi 50-70%. Air yang berlebih akan menyebabkan kebusukan,  kekurangan air akan menghambat pertumbuhan umbi. Hujan dapat menjadi pemicu kegagalan. Apabila tanaman lain tidak butuh penyiraman setelah hujan, berbeda dengan tanaman ini, beberapa petani melakukan pembilasan atau penyiraman setelah terjadi hujan terutama hujan pada malam hari. Pembilasan dilakukan sebelum matahari terik. Ini dilakukan agar daun tidak terbakar (kering pada ujung) tersinar matahari terik. Penyiraman ini juga berguna untuk membilas daun dari tanah yang mempel.

Kebutuhan air ini yang menjadi perbedaan mencolok untuk budidaya bawang merah daratan tinggi dan daratan rendah. Pengelolaan kebutuhan air ini ditunjukkan dengan bentuk bedengan/guludan yang disesuaikan dengan kondisi lahan, tanah dan iklim.

Di daratan rendah, dibuat parit. Lebar parit 50 cm dengan kedalaman parit bisa sampai 80 cm pada waktu musim penghujan. Kedalaman parit sangat menyesuaikan kondisi air di lahan tersebut. Yang paling penting adalah menjaga kelembaban tanah dan tidak merendam tanaman. Pada musim kemarau, kedalaman parit dikurangi dengan cara menggabungkan dua bedengan menjadi satu, dari  lebar bedengan 1,2-1,5 m menjadi 2,4-3 m. Parit ini umumnya terisi air yang digunakan untuk penyiraman tanaman.

Parit yang dalam tidak dibutuhkan pada lahan daratan tinggi. Kedalaman parit hanya sekitar 15-20  cm. Fungsinya lebih untuk menjaga agara tanaman bawang merah tidak terendam pada waktu hujan. Karena tanah relatif porus atau air gampang menghilang, penyiraman harus dilakukan dengan menggunakan penyemprotan. Dibutuhkan investasi cukup besar untuk pembuatan sistem penyiraman, baik dengan menggunakan pompa air ataupun dengan menggunakan sistem gravitasi.

Budidaya bawang merah akan sangat dibantu dengan menggunakan kultivator QUICK seperti Cakar Baja, Kasuari atau Cakar Baja Mini. Di daratan rendah, kultivator akan digunakan untuk mencacah dan menghancurkan/menggemburkan tanah di atas bedengan sebelum penanaman. Di daratan rendah selain untuk menggemburkan tanah, kultivator juga dapat digunakan untuk membuat parit dengan menggunakan perlengkapan tambahan berupa ridger.

Bawang merah adalah komoditas pertanian yang bernilai tinggi sekaligus beresiko tinggi. Tidak segan dibutuhkan investasi jutaan rupaiah untuk berbudidaya bawang merah. Apabila dikelola dengan baik, didukung cuaca yang bersahabat, dan mekanisasi pertanian dari QUICK, dalam kurun waktu tiga bulan modal penanaman mampu digandakan sebanyak lima kali lipat. Selamat mencoba.

Foto 1: Parit dan bedengan daratan rendah

Foto 2: Cakar Baja daratan rendah

Foto 3: Bedengan dan penyiraman daratan tinggi

Foto 4: Cakar Baja Mini di daratan tinggi

(Ddg, 31/01/23)


Komentar Postingan

Bagaimana Tanggapan Pak Bos?