Gejala umum kerusakan tanaman biasanya dapat dilihat dari daun, karena ini yang kelihatan dan diperhatikan. Perlu diwaspadai apabila daun berubah menjadi hijau tua, kadang juga muncul pigmen warna merah pada daun bagian pangkal atau juga disertai dengan bercak seperti karat berwarna ungu atau menjadi kuning. Pada kondisi ini ujung tunas seperti terbakar dan daun baru akan tumbuh kerdil, beberapa menjadi keriting. Pertumbuhan melambat dan tidak terjadi pembesaran batang tanaman.
Daun berfungsi untuk melakukan fotosintes, merubah bahan anorganik menjadi karbohidrat. Kondisi daun yang tidak sehat akan berdampak pada pembungaan dan yang paling parah adalah, buah menjadi cepat masak sebelum waktunya yang ditandai dengan kerontokan pada pentil buah. Produktivitas hasil panen menjadi turun, daun yang tidak sehat akan menghambat hasil bunga ataupun buah.
Selain mungkin disebabkan oleh hama dan jamur, kondisi diatas dapat juga berawal dari sistem perakaran pada tanaman yang tidak sempurna. Akar selain untuk menjaga kekokohan batang sangat penting untuk mengambil bahan-bahan makanan dari media tanam. Perakaran tidak menghasilkan serabut-serabut untuk mampu menyerap unsur hara pada tanah. Apa sebenarnya yang penting buat perkembangan perakaran pada tanaman?
Gejala ini dimungkinkan adalah gejala kekurangan unsur fosfor (P) pada media tanam. Unsur ini bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, mempercepat pembungaan, serta pemasakan biji dan buah. Dengan akar yang sehat, lebat dan kuat menjamin suplai unsur hara untuk proses fotosintesis akan terjaga stabil dan akan terpacu terbentuknya klorofil pada daun. Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak, dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) memegang peranan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman.
Beberapa kondisi tanah yang tidak tersedia unsur fosfor yang cukup antara lain adalah media tanam berupa tanah berkapur dengan konsentrasi kalsium tinggi, bisa juga tanah bersifat basa atau asam. Kondisi kekeringan juga akan menghambat, karena unsur fospor diserap oleh akar dalam bentuk ion fosfat yang terlarut dalam air tanah. Penambahan secara organik dan kimiawi adalah solusinya. Cara organik adalah yang paling mudah dan rendah biaya. Gunakan sampah daun dan sampah panen dengan cara mengubur pada media tanam. Cara lain adalah dengan menambahkan pupuk kandang pada media tanam. Terurainya bahan – bahan organik pada tanah akan meningkatkan kandungan fosfor. Sedangkan solusi dengan cara kimiawi adalah penambahan unsur fosfat pada media tanam. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk tunggal seperti SP-36 (Super Phospat 36) dan TSP (Three Super Phospat) dan juga pada pupuk majemuk NPK.
SP-36 merupakan pupuk tunggal dengan kandungan Phosphor (P) cukup tinggi dalam bentuk P205 yakni sebesar 36%. Bisa digunakan untuk pemupukan berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan, holtikultura maupun tanaman perkebunan. Pupuk SP-36 biasanya berbentuk granul (butiran) berwarna abu-abu kehitaman. Kandungan Phosphor (P) pada pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air, sehingga mudah diserap tanaman.
TSP merupakan pupuk kimia dengan dengan kadar P205 sekitar 44% – 46%. Pupuk ini sama dengan pupuk SP-36, hanya saja ini adalah salah satu dari pupuk fosfor analisis tinggi (P). Oleh karena itu, pupuk ini sangat cocok untuk digunakan di tanah-tanah yang miskin unsur organiknya dan juga tanah berkapur.
Pengaplilkasian pupuk ini dapat dilakukan dalam berbagai cara sesuai kondisi tanah dan jenis tanaman. Aplikasi pada tanaman perkebunan (tahunan), diberikan pada awal musim hujan, akhir musim hujan atau segera setelah panen. Dapat juga digunakan sebagai pupuk susulan dengan cara ditaburkan di sekeliling tanaman dan ditimbun dengan tanah agar mudah diserap tanaman. Cara yang lain adalah digunakan sebagai pupuk dasar pada tanaman semusim baik tanaman pangan atau hortikultura.
Sebagai pupuk dasar tanaman semusim seperti cabai, terong, semangka, melon, taburkan TSP atau SP-36 pada atas bedengan/ guludan. Aduk dan cacah untuk mencampurkan pupuk pada media tanam. Gunakan kultivator seperti QUICK Cakar Baja, QUICK Cacah Bumi dan QUICK Kasuari untuk mempermudah melakukan pengadukan dan pencampuran secara sempurna. Setelah diaduk dengan rata, gunakan QUICK Cakar Baja dengan RTH (Rotary Transmission Housing) untuk menimbun pupuk dan siap untuk ditutup dengan mulsa. Selamat mencoba. (ddg210215)
Sumber: Berbagai Sumber
Photo by http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2015/04/bercak-daun-alternaria-sp.html
Bagaimana Tanggapan Pak Bos?